Mungkin dia dipanggil sha oleh teman – teman sekolahnya dulu, tapi penulis sendiri akrab memanggilnya Ari. Maklum saja nama lengkapnya adalah Ari Ganesa, seorang mahasiswi aktif, dari jurusan FMIPA ITS. Sebagai seorang mahasiswi, dia sangat aktif mengikuti kegiatan – kegiatan maupun organisasi di lingkungan ITS. Di lingkungan ITS dia cukup dikenal baik oleh warga ITS, terutama Satuan Keamanan Kampus (SKK ITS) dan teman – teman dekatnya dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), organisasi, maupun jurusannya. Dia seorang yang pendiam, lucu, lugu, mudah bergaul, simple, mandiri, tegas, wibawa dan bikin banyak orang gemez padanya, termasuk penulis juga sih. Hahaha… tapi bayangkan saja, dalam kira – kira tiga hari penulis bisa menjadi teman dekat dengannya.
Dibalik sosoknya yang tegas dan wibawa dengan didikan kedua orang tuanya, dan juga UKM MENWA (Resimen Mahasiswa) dan UKM Karate, dia tetap tampil feminine meski latihan bak militer telah ‘dilakoninya’, mulai dari menjelajah alam pakai sendal gunung atau berlari pakai boots tentara sampai baris – berbaris sudah seringkali dia lakukan karena aktifnya di UKM MENWA tersebut.
Silent and deadly mungkin itu ungkapan yang cocok. Kenapa tidak ? dia juga seorang yang kejam juga, seorang pembunuh berdarah dingin, seorang pembatai, ya, pembantai hewan. Maklum di jurusannya adalah tempat pembantaian hewan, tidak ada satupun yang tidak ‘diobok – obok’ di jurusannya. Dia dengan keahlian membunuhnya telah banyak menghabiskan korban, Penulis sendiri untuk membunuh seekor ayam saja sudah enggan, mungkin hewan yang sering penulis bunuh Cuma nyamuk saja. Haha..
Yah, begitulah Ari, seorang Adventurer sekaligus fighter tangguh, hasil didikan alam, yang tidak kenal menyerah dalam menghadapi segala medan yang sukar. Coba aja pembaca bayangkan… hmm.. seperti apa jadinya? Mari kita berimajinasi..
Prestasinya pun tidak kalah ketinggalan, dari sekian banyak kegiatan yang dia ikuti dia pernah mendapat medali dari POMDA (Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah) dan POMITS yang waktu itu dilaksanakan di ITS kategori karate. Saat SMA pun sepertinya dia pernah juara, saat penulis melihat fotonya saat membawa piala. Ya, secara tidak langsung penulis menjadi seorang reporter khusus…
Tapi tetap jangan salah memandang, mungkin kita selalu mendengar kata – kata ini “Dont Judge Book, By It's Cover” yah itulah dia. Sebagai teman dekatnya, kadang penulis mendengar dari beberapa temannya yang mengatakan dia Tomboy, dia egoislah, dan lainnya, tapi sampai saat ini penulis tetap tidak percaya hal itu. Dari mananya ? Di sisi yang mana mereka melihat ? Mungkin karena penulis sendiri tidak merasakan hal yang demikian padanya, apakah karena pakaiannya yang adventurous banget ? Celana jins, sandal gunung, ransel besar, atau tingkah lakunya ?yang membuat penilaian tomboy atau lainnya? Adakah yang lain? kelembutan hatinya, rasa tolong – menolongnya, dan rasa kasih sayangnya yang tinggi belum cukupkah menghentikan segala penilaian tentang buruknya?. Kadang begitulah manusia, antara satu sama lainnya memiliki pendapat yang berbeda – beda, penilaian yang berbeda, sudut pandang yang berbeda, namun tetap harus kita ingat bahwa apapun penilaian kita, pendapat maupun sudut pandang kita, jangan sampai hal itu membuat perselisihan, kesalah pahaman dan perbedaan diantara kita. Karena kita yakin tidak semua yang kita lihat sama menurut orang lain, oleh karena itu berhati – hatilah membicarakan orang lain yang belum kita ketahui dengan pasti. So, buat penulis & pembaca kita renungkan sama - sama…
Dibalik itu semua, jangan terkejut jika banyak yang suka padanya, yang dengan cara yang berbeda – beda. Ya, itulah dia dan dengan kesederhanaannya, siapa sih yang ga akan suka dengannya, dengan sifatnya, dengan karakternya ??? Penulis aja sampai terkagum – kagum dibuatnya, sampai menganga segala^^. Eitss, tapi mohon pembaca jangan tertawa ya… maklum penulis orang desa.
Kadang sebagian besar dari kita menganggap suatu organisasi atau kegiatan adalah sebuah keluarga, keluarga kedua. Begitulah dengannya, mungkin pengabdian dan kesetiaan yang dapat penulis ambil dari padanya. Begitu tingginya pengabdiaannya pada kegiatan yang diikutinya itu, terlebih lagi untuk MENWA dan Karate. May be that is her soul, her live, etc. Itulah cita – citanya yang penulis tahu, semoga saja apa yang dicita – citakannya kelak tercapai. Amin..
Seperti kebanyakan seorang cewek, dia tetap merasakan apa yang namanya senang, sedih, tertawa, dan hal – hal lainnya. Kehidupan sehari – harinya dia lalui dengan sapaan – sapaan senyumnya yang khas, ketika bertemu temannya di jalan. Meski kadang dia tersenyum namun dibalik itu dia bersedih. Saat – saat dia senang dan bersedih amat terlihat dari wajahnya yang cerah. Bisa dikata susah untuknya menyembunyikan kegembiraan maupun kesedihannya, yang terpancar darinya. Kejujurannya, kebaikannya, pengertiannya dan sopan santunya pada seseorang dan lingkungan, menjadikan seseorang yang bersamanya aman dan nyaman berada disekitarnya. Mungkin sungguh beruntung, bagi cowok yang bisa bersamanya, apalagi disaat dia senang dan sedih.
Banyak yang bisa penulis pelajari dari sifat – sifat yang dimilikinya itu, sampai saat ini penulis berusaha mengambil apa yang bisa penulis pelajari darinya. Mungkin pelajaran yang penulis pelajari tidak akan pernah ada dalam mata kuliah manapun sampai saat ini. Maka dari itu penulis sendiri bersyukur, bisa menjadi teman dekatnya hingga kini. Kadang penulis merasakan betapa bermanfaatnya hidupnya bagi orang lain, bagi organisasi dan lingkungannya, seakan – akan hidup tidak bisa berjalan tanpanya. Tapi memang benar sih, contohnya saja MENWA, tanpa dia MENWA tidak bisa seperti sekarang, tanpa dia siapa yang bisa ngelatih Camen (Calon Resimen), komandan ?? Seniornya ?? ga bakalan deh, mungkin mereka Cuma nonton saja, mungkin yang membantunya Cuma angkatannya saja di MENWA, itupun satu atau dua orang. Istilah kerennya menyokong dari balik layar, hahaha… tapi itulah tanggung jawab, itulah pengabdian, itulah kesetiaan, itulah pengorbanan. Betapa tidak, disaat – saat kuliah yang begitu padat, dia masih bisa melatih UK Karate, UK Menwa, dll. Dirumahnya pun dia sering mengajari adiknya, bisa dibilang dia telah menganggap Camen, kohei sebagai adiknya sendiri, sebagai saudara, sebagai keluarga. Hmm.. betapa bermanfaatnya dia bukan ????
Sampai saat ini, kadang penulis juga berdo’a semoga saja apa yang penulis lakukan bermanfaat seperti dia untuk orang lain dan lingkungan, semoga hidup kita semua juga berguna bagi bangsa, Negara dan agama, dan semoga kita semua menjadi seorang yang beruntung kelak di dunia dan di akhirat. Sampai akhirnya kita bisa dipertemukan kembali di dunia sana….haha.. lebay mode : on.
Mungkin cukup sampai disini saja, tentang Sha. Jika memungkinkan akan ada episode ke-2, hahaha.. kayak film aja. Tapi memang Banyak hal yang harus penulis pelajari kembali mengenainya. Pelajaran mengenai hidup, semoga saja kita semua dapat menemukan apa yang sebenarnya kita cari dari hidup ini. Apakah harta, kedudukan, wanita, pujian dari orang lain, atau bahkan kesenangan dunia yang kita cari ? kita semua sedang mencari termasuk penulis, mau dibawa kemana hidup kita ini. Semoga apa yang kita lakukan sekarang dan nanti tidak menyisakan penyesalan di kehidupan mendatang. TETAP SEMANGAT & TERSENYUMLAH ^^ karena senyum adalah ANUGRAH.